Banyak orang percaya memendam kekecewaan terhadap Tuhan, seperti Bangsa Israel yang terjebak di padang gurun mereka kembali ke mesir tidak bisa, menuju tanah Kanaanpun mereka belum sanggup. Bukankah orang Kristen banyak terjebak seperti Bangsa Israel ini? Kembali ke kehidupan lamapun tidak bisa, mengalami janji Tuhanpun belum kunjung tiba. Bangsa Israel terjebak dipadang gurun empat puluh tahun bukan waktu yang pendek, bukan hal yang mudah, tetapi inilah fakta yang terjadi dan alkitab mencatatnya untuk memberikan contoh bagi kita dengan tujuan supaya kitapun tidak terjebak dalam kondisi seperti yang di alami bangsa israel.
Seperti yang dicatat dalam 1 Kor
10:11 …..Semuanya ini telah menimpa mereka sebagai
contoh dan dituliskan untuk menjadi peringatan bagi
kita yang hidup pada waktu, di mana zaman akhir telah
tiba.
Alkitab berkata Semuanya ini telah menimpa mereka, mereka disini adalah bangsa Israel
yang terjebak dari padang gurun mereka mundurpun kembali ke tanah mesir tidak
bisa, menuju tanah Kanaanpun tidak sanggup. Bayangkan ada sekitar dua juta
lebih jiwa mati dan di kuburkan di padang gurun. Bangsa israel tidak pernah mau
belajar mengenal Tuhan di padang gurun, Padang gurun tidak menjadi kesempatan
mereka untuk berubah menjadi lebih baik, Padang gurun di jadikan tempat mereka
bersungut-sungut, menyalahkan Musa dan Tuhan. Padang gurun bukan menjadi tempat
mereka belajar sesuatu tentang Tuhan tetapi malah padang gurun menjadi kuburan
mereka. Sehingga cerita ini menjadi pengingat bagi kita yang hidup di zaman
sekarang agar kita mewaspadai sikap dan keputusan yang di ambil bangsa Israel jangan
sampai terjadi dalam kehidupan kita orang percaya.
Alkitab pernah mencatat bahwa bangsa Israel sengaja Tuhan tidak
menuntun mereka melalui jalan menuju
orang Filistin walaupun jalan ini yang paling dekat menuju Tanah Kanaan.
(Kel 13:17) ini di akibatkan karena bangsa Isarel tidak siap secara mental
untuk berperang, kekalahan akan terjadi kepada bangsa israel bukan karena Tuhan
tidak menyertai tetapi di akibatkan oleh faktor mental dan hati yang tidak
siap. Selama bertahun-tahun menjadi budak dan tidak pernah berlatih dalam
peperangan ini akan menjadi hal yang menakutkan bagi bangsa isarel. Oleh sebab
itu kenapa Tuhan menuntun mereka masuk kepadang gurun, karena Tuhan punya
maksud dan rencana untuk mendidik mereka, membentuk mereka menjadi tentara-tentara
Allah yang gagah perkasa. Di padang gurun ada proses pematangan karakter yang
ingin Allah ajarkan dalam hidup mereka. Supaya mereka memiliki mental yang kuat
untuk menghadapi peperangan demi peperangan, tetapi apa yang terjadi? Pada
kenyataannya Bangsa ini gagal, semua generasi yang pernah hidup di mesir mereka
semua mati di Padang gurun. Bukankah ini adalah pengalaman yang tragis bagi
bangsa Isarel, Tuhan sudah keluarkan mereka dari perbudakan, Tuhan sudah tuntun
mereka mengalami mujizat dan kedahsyatan Tuhan tetapi yang terjadi adalah
mereka gagal menjadi bangsa yang di inginkan Tuhan.
Kasih sayang Allah menuntun mereka di padang gurun, mereka di
perlakukan Tuhan seperti seorang bapa yang mengasihi anaknya, Bapa yang
mencukupkan segala kebutuhan mereka, tidak pernah kedinginan di malam hari
karena tiang api, dan tidak pernah terbakar kulitnya karena teriknya matahari
di siang hari karena adanya tiang awan. Seperti seorang bayi yang dirawat, di
kasihi dan di sayangi orang tuanya inilah yang dilakukan Allah kepada bangsa
ini. Tetapi sebaliknya pemberontakan, hati yang picik, tidak mau mengenal Allah
inilah yang terjadi kepada bangsa ini. Allah tidak pernah membuang mereka atau
menelantarkan mereka justru Kasih sayang dan anugerhanya bertambah-tambah dalam
kehidupan bangsa Israel.
Apa yang membuat kegagalan
Bangsa Israel di padang gurun dan tidak mengalami kemenangan dan terobosan?
1. Bangsa isarel lebih mementingkan kenyamanan dari pada penyertaan
a.
Persungutan atau bersungut-sungut inilah yang mereka nikmati setiap
hari di padang gurun, tidak pernah bersyukur dengan apa yang Tuhan beri dalam
hidup mereka
b.
Kenyamanan dan kenikmatan lebih penting dari pada penyertaan
Tuhan, faktanya Bangsa isarel lebih
mengutamakan kenyamanan dari pada penyertaan Tuhan
c.
Bangsa ini lebih fokus kepada kebutuhan akan berkat dari pada
fokus kepada sang pemberi berkat.
Keluaran 6:5-7 dari mana akar persungutan
bangsa Israel ? Allah ingin menunjukan kepada bangsa isarel mengenai pribadinya
supaya bangsa ini mengenal Dia, baru setelah itu mereka akan menikmati janji
tanah Kanaan yang berlimpah susu dan madunya. Allah punya keinginan supaya
bangsa ini mengenal Dia dan inilah tujuan Allah ketika mereka berhasil dididik
di padang gurun dan mengenal dia mereka barulah mereka akan menikmati janji
kemenangan. Jadi pointnya adalah : Kenali Tuhan terlebih dahulu, baru mengalami
berkat-berkat Tuhan. tetapi yang di alami oleh bangsa isarel adalah
mereka tidak mau mengenal Tuhan, mereka mengabaikan kehadiran Tuhan dan hanya
menginginkan berkat-berkatnya, Israel lebih tertarik kepada berkat-berkatnya
dari pada mengenal Dia.
Bukankah inilah juga yang kita mau, seperti bangsa Israel lebih
fokus kepada berkatnya, lebih tertarik dengan apa yang Tuhan beri dari pada mengenal dia. Kita
terkadang mengulang kesalahan yang sama seperti yang di alami oleh bangsa
Israel, kita terkadang mencari berkatnya, mujizatnya, kita lebih fokus dengan
keinginan kita pribadi ketimbang mau mengenal ribadi Tuhan. Kita
mengikuti Tuhan terkadang di gerakan oleh karena kebutuhan bukan karena
pengenalan akan Dia. Inilah
kegagalan bangsa Israel yang tanpa kita sadari kita mengikuti pola mereka,
tanpa kita sadari kita terjebak dari kelakuan bangsa ini. Kita mengulang kegagalan yang sama seperti
yang di alami bangsa isarel. Allah tidak menginginkan kita gagal justru Allah
menetapkan kita sebagai orang yang menang mengatasi semua persoalan hidup kita.
Tetapi kita gagal mengenal Tuhan dan jalan-jalanNya. Kita lebih tertarik kepada
kemudahan dan kenyamanan dari pada mengenal dia lewat lembah dan air mata.
2.
Allah tidak pernah menjajikan
kemudahan tetapi yang dia janjikan adalah penyertaan.
Apakah kita merasa semakin kita mau mengenal dia yang muncul
pertanyaan kenapa jalan kita semakin sulit dan susah. Semakin kita mengenal
Tuhan kenapa kita lebih banyak meneteskan air mata, kenapa kita terkadang di
tuntun dalam lembah kekelaman. Kenapa jalan hidup kita seolah-olah tambah
susah? Kalau kita gagal memahami tentang jalan Tuhan pasti kita juga akan gagal
masuk tanah Kanaan yang Tuhan janjikan
Gagal memahami Tuhan itu sama artinya tidak mau mengenal Dia dan
jalan-jalanNya. Bangsa Israel gagal memahami tentang Tuhan, mereka lebih
tertarik dengan daging, roti manna, kepuasaan hidup, kenyamanan hidup dari pada
mau mengenal Tuhan. Israel digerakan oleh karena kebutuhan, setiap kali mereka
tidak mendapat apa yang mereka inginkan mereka berteriak, menyalahkan musa,
bersungut-sungut, dan tidak pernah mau mengucap syukur. Israel mengganggap
kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka membuat semuanya menjadi lebih mudah.
Tuhan menjanjikan semuanya tidak menjadi mudah tetapi yang Dia janjikan, di
tengah ketidakmudaan Allah hadir bersama mereka. Kegagalan mengenal Tuhan
mengakibatkan kita lebih fokus kepada kebutuhan kita, fokusnya adalah berkat
Tuhan, kita tidak peduli kepada sang pemberi berkat, yang kita pedulikan yang
penting kita di berkati bagaimanapun caranya. Terkadang kita tidak menghargai
kebersamaan kita dengan Tuhan tetapi yang kita pedulikan apa yang dia berikan
dalam hidup kita. Kebersamaan dengan Tuhan bukan prioritas kita tetapi apa yang
dia berikan itulah yang menjadi prioritas kita.
Pertanyaannya adalah kenapa kita datang ke gereja, kenapa kita berdoa,
bukankah terkadang kita lakukan itu karena kita punya motivasi yaitu kebutuhan
kita? Tidak masalah kalau kita datang karena kita punya kebutuhan tetapi akan
jadi masalah kalau selama bertahun-tahun kita ikut dia kita di gerakan oleh
karena kebutuhan-kebutuhan kita bukan mengenal dia lebih dalam lagi. Setiap kali
kita datang karena punya motivasi toko lancar, daganganya laris, jualannya
tambah laku, promosi jabatan, sembuh dari penyakit. Kalau kita biarkan hati
kita terus menerus di gerakan oleh karena ini lama-lama kelamaan kita akan
gagal mengenal Dia. Kalau seandainya doa kita tak kunjung di jawab kita akan
mudah kecewa dengan Tuhan. karena kita meperlakukannya sama halnya seperti
ketika kita datang kepada Dukun. Kita tidak peduli roh mana yang tolong kita,
yang penting masalahku teratasi, yang penting kebutuhanku terpenuhi dll.
Belajar mengenal pribadi
Tuhan, kenali hatinya dan jalan-jalanNya. Kebersamaan dengan Tuhan tidak
membuat kita otomatis semakin mengenal Dia, Buktinya bangsa Israel bersama
Tuhan berpuluh puluh tahun di padang gurun toh kenyataannya mereka gagal
mengenal Tuhan. setiap saat lihat mujizat, tetapi mereka sama sekali tidak
peduli dengan sang pembuat mujizat tersebut.
Seperti kisah perjalan murid-murid di Emaus Yesus pasca
kebangkitan Yesus, murid murid Yesus itu tidak mengenal Dia padahal dia
menampakan diri dan berjalan bersama mereka di Emaus tetapi apa yang terjadi,
mereka sama sekali tidak mengenal Tuhan Yesus waktu itu, alkitab berkata seperti ada sesuatu yang menutupi mata mereka sehingga mereka
tidak mengenal dia. Kedua murid itu salah satunya bernama Kleopas mereka dalam
kondisi frustasi, kecewa karena Seorang raja yang mereka harapakan yaitu Yesus
pada akhirnya mati di kayu salib. Iman mereka runtuh, semangat mereka pudar,
putus asa dan tawar hati menyelimuti mereka, sehingga mereka ingin kembali ke
emaus desa mereka, mereka ingin melanjutkan perjalan hidup mereka seperti sedia
dulu kala, tidak mau lagi menjadi murid Yesus. Karena apa yang mereka nantikan
ternyata kandas di tengah jalan. Sehingga ketika Yesus menampakan diri kepada
mereka, mereka sama sekali tidak mengenal Dia. Baru ketika mereka mendesak
Yesus untuk tinggal bersama mereka, dan Yesus mendemonstrasikan apa yang pernah
Yesus lakukan yaitu memecah roti barulah sesuatu yang menghalangi mata mereka
tiba-tiba runtuh dan mereka mengenal ternyata pribadi yang bersama-sama dengan
mereka adalah Tuhan Yesus. Ketika kita terlalu fokus kepada masalah kita, yang
terjadi adalah mata kita akan kabur dan tidak bisa melihat kebaikan dan rencana
Tuhan dalam hidup kita.
3. Lebih tertarik mengenal pribadi Tuhan dari pada tanah perjanjian
Keluaran 33:11-13
Musa lebih tertarik di padang gurun asalkan bersama Tuhan dan
mengenal dia, sedangkan bangsa isarel lebih terkesan tanah perjanjian yang
berlimpah susu dan madu meskipun tanpa kehadiran Tuhan. Kita ada di posisi mana
hari ini apakah kita sanggup punya hati seperti musa, Musa pernah berkata
janganlah membawa kami ke tanah Kanaan apabila Engkau tidak menyertai kami.
Musa fokus kepada sang pemberi berkat, musa sangat tertarik untuk mengenal
Tuhan dan pribadiNya, ketimbang bangsa isarel yang sangat terkesan dengan
berkat Tuhan. Musa lebih baik di padang gurun asalkan tetap bersama Tuhan, Musa
sangat terkesan dengan pribadi Tuhan, sehingga fokus kehidupan musa adalah
obsesi menyenangkan hati Tuhan.
Mana yang kita pilih hari ini tanah perjanjian atau kehadiran
Tuhan dalam hidup kita?..mana yang kita pilih berkat atau pengenalan akan
Tuhan? pengenalan akan Tuhan jauh lebih penting dari pada berkat-berkatNya.
Yang terjadi adalah ketika ada pengenalan maka di sana ada berkat-berkatnya. Kurangnya mengucapa syukur terkadang menjadi
kegagalan kita, kenapa Paulus dia di aniaya, disiksa, pernah di rajam batu,
terkatung-katung dalam kapal, dia tetap mengucap syukur dengan Tuhan, dia tidak
pernah kecewa dengan Tuhan, malahan dia menyanyikan pujian syukur kepada Tuhan
ketika dia berada dalam penjara. Ini karena pengenalan akan Tuhan, pengenalan
akan Tuhan tidak akan mambuta kita terjebak dalam asumsi yang salah tentang
Tuhan, atau meragukan Dia, justru pengenalan akan Tuhan akan membuat seseorang
menganggap derita duka, lembah air mata adalah kesempatan belajar tentang
Tuhan, belajar mengenal dia dan jalan-jalanNya.
Apa perbedaan Daud dan Salomo? Siapa yang finishing weel? Daud apa
Salomo? Masa hidup Salomo begitu tragis, dia memiliki tujuh ratus istri dan
tiga ratus gundik, apa yang gagal dari Salomo, ternyata kalau kita selidiki
Salomo melupakan nasehat Ayahnya Daud yaitu kenalah Tuhan Allahmu, Allah
Abraham, Ishak dan Yakub. Salomo lebih terkesan dengan hikmat, sehingga ketika
kedua kali Tuhan menampakan diri kepadaNya yang dia minta adalah Hikmat, bukan
pengenalan akan Tuhan lebih dalam. Salomo kurang mengalami proses, Salomo tidak
mengalami Proses, sejak kecil sudah diwariskan kekayaan oleh bapanya, dia tidak
pernah mulai dari nol, dia mewarisi keberhasilan ayahnya, sehingga dengan tidak
adanya proses tidak mampu membentuk Salomo menjadi pribadi yang semakin
mengenal Allahnya. Bahkan di kitab pengkhotbah dia pernah menulisakan bahwa apa
yang dia miliki ternyata semuanya adalah sia-sia. Berbeda dengan Daud ayahnya,
penderitaan dan proses membuat Daud semakin mengenal Allahnya, di kejar-kejar
Saul, menjadi pelarian bertahun-tahun, di kudeta anaknya sendiri, dan masih
banyak lagi proses yang dia alami. Justru proses berjasa mengkonversi menjadi
pengenalan akan Tuhan. Kekayaan bisa di warisi tetapi pengenalan tidak bisa di
warisi. Pengenalan hanya bisa dilewati dan dijalani bersama Tuhan.
Belajar dari si sulung dan si bungsu, kebersamaan dengan bapanya
tidak mampu membuat si sulung mengenal bapanya, buktinya dia menolak semua apa
yang dilakukan Bapanya kepada adiknya si Bungsu, si sulung tidak mampu mengenal
BapaNya, meskipun bersama-sama dengan bapaNya setiap hari. Tapi dia gagal paham
tentang bapanya. Dia marah, dia mengomel, dia menganggap apa yang dilakukan
bapanya kepada adiknya sangat berlebihan. Sulung tak pernah menghargai
kebersamaan dengan bapanya, dia mengukur kasih sayang bapanya kepada dia dengan
Pesta, potong kambing dan berkat. Sulung terkadang menjadi contoh bagi kita dan
awasan bagi kta semua.
Mengenal Tuhan dan jalanya adalah kunci mengalami terobosan dan
kemenangan tiap hari. Beberapa aplikasi yang dapat terpakan adalaha :
1.
Kenali pribadi Tuhan
2.
Jadikan doa kita untuk mengenal Tuhan lebih lagi
3.
Nikmati proses dan jalani bersama Tuhan.
Amin…